PENILAIAN STATUS GIZI
A.
Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan
A.1. Pengertian Pertumbuhan
Pertumbuhan dalam kehidupan
manusia dimulai sejak janin dalam kandungan berlanjut pada masa bayi, kanak-kanak dan pada masa remaja
kemudian berakhir pada masa dewasa.
Pertumbuhan merupakan suatu proses yang berkelanjutan dan mengikuti
perjalanan waktu. Selama pertumbuhan terjadi perubahan ukuran fisik. Ukuran
fisik tidak lain adalah ukuran tubuh manusia baik dari segi dimensi, proporsi
maupun komposisinya. Ukuran fisik manusia dapat diukur. llmu yang mempelajari ukuran fisik pada
bagian tubuh tertentu dikenal dengan
sebutan antropometri.
Pertumbuhan
didefinisikan sebagai perkembangan yang progresif mahluk hidup sejak dari awal
sampai menuju kematangan. Pertumbuhan melibatkan suatu seri perubahan anatomi
dan fisiologi. Sel tubuh termasuk sel otak akan mengalami penambahan jumlah
(multiplikasi), dan bertambah ukuran (Hurlock, 1978).
Pertumbuhan
mahluk hidup selalu mengikuti suatu kurva berbentuk S yang bila digambarkan
dalam satuan waktu terbagi menjadi 3 fase yaitu fase pertumbuhan lambat, fase
pertumbuhan eksponensial dan fase stasioner ( Hurley, 1978). Fase pertumbuhan
lambat terjadi pada awal pertumbuhan merupakan hasil sintesis ensimatik awal.
Pertumbuhan eksponensial terjadi perbanyakan sel dan pertumbuhan stasioner
akibat terbatasnya intake zat gizi.
Pola
atau hukum pertumbuhan yang dianut
luas ada
dua, yaitu hukum pertumbuhan Cephalocaudal
dan proximodistal (Santrock
and SR Yussen, 1988). Cephalocaudal
yaitu pertumbuhan dimulai dari kepala menuju kearah kaki sedangkan proximodistal yaitu pertumbuhan berpusat di proximal
mengarah ke tepi atau distal .
Pertumbuhan semua bagian
tubuh dalam kecepatan yang berbeda-beda namun kesemuanya dalam kurva huruf –S
dan berhenti tumbuh dalam waktu yang berbeda-beda pula tergantung kematangan
yang dicapai. Selain itu pertumbuhan juga merupakan keterpaduan suatu bagian
tubuh dengan bagian tubuh lainnya untuk mencapai tubuh yang optimal.
Pola
pertumbuhan dibatasi oleh dua hal yaitu faktor genetik dan faktor
lingkungan. Faktor lingkungan seperti intake zat gizi, infeksi penyakit,
sanitasi lingkungan, pelayanan kesehatan dll). Pengukuran pertumbuhan secara
antropometri akan berkait dengan umur yang nantinya akan dipadukan dengan
ukuran : berat badan, panjang badan, lingkar kepala, lemak di bawah kulit dan
lingkar lengan atas. Berat badan untuk umur (BB/U) merupakan indikator yang
mendasar dan absah untuk penentuan keadaan gizi , terutama gizi kurang. Panjang
badan untuk umur (PB/U) untuk mengukur riwayat kekurangan gizi di masa lampau.
Berat badan untuk panjang badan (BB/PB) merupakan indikator yang kuat untuk
menentukan akibat gizi salah akut dan masa penyembuhannya.
Pertumbuhan dipengaruhi
oleh banyak faktor, seperti: kelenjar yang menghasilkan hormon pertumbuhan ,
penyakit, keturunan, emosi, system syaraf, musim dan iklim, gizi, seluler,
social ekonomi. Faktor ras dapat mempengaruhi
densitas tulang. Ras Afrika memiliki densitas tulang yang tinggi,
sehingga perbedaan ras memiliki hubungan yang penting pada osteoporosis.
A.2. Pengertian Perkembangan
Definisi perkembangan menurut Sinclair, D (1973) meliputi
parameter psikologi, idea dan pemahaman dan perolehan skill motorik dan
sensory. Hurlock, B (1980) dalam
psikologi perkembangan menganggap penting dasar permulaan merupakan sikap
kritis karena dasar permulaan merupakan atau mengarah kepada penyesuaian diri
pribadi atau sosial bila sudah tua. Banyak para ahli psikologi memandang tahun
pra sekolah merupakan tahapan penting atau kritis dimana mulai diletakkan dasar
struktural perilaku komplek yang dibentuk dalam kehidupan.
Perkembangan juga seperti pertumbuhan mengikuti suatu pola spesifik dan dapat diramalkan
mengikuti hukum arah perkembangan yang disebut hukum cephalocaudal
yang menjelaskan bahwa perkembangan
menyebar keseluruh tubuh dari kepala ke kaki dan hukum proximodistal
yang menentapkan bahwa perkembangan menyebar keluar dari titik poros sentral ke
anggota tubuh. Perkembangan akan mengikuti pola yang berlaku umum jika kondisi
lingkungan mendukung. Setiap tahapan
perkembangan mempunyai perilaku karakteristik.
Perkembangan sangat dibantu rangsangan. Setiap tahapan mempunyai
resiko. Perkembangan terjadi karena
kematangan dan pengalaman dari lingkungan
serta perkembangan dipengaruhi oleh
budaya. Namun disadari tahap perkembangan anak berbeda seperti yang dikemukakan
oleh beberapa pakar.
Pola
perkembangan dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, fisik dan psikis yang
menimbulkan perbedaan tampilan dari setiap anak. Perkembangan mencakup rangsangan yang
diberikan kepada anak dan umumnya pencapaian perkembangan optimal
tergantung rangsangan (stimuli) dari
luar dan umumnya anak mencapai perkembangan tertentu pada umur yang lebih
tinggi. Perkembangan mengikuti jalur pertumbuhan dan memiliki pola sesuai
dengan umur dan taraf perkembangan. Apabila beberapa taraf perkembangan tidak
dicapai oleh anak pada umur batas anak, maka perlu dicurigai bahwa anak-anak
mengalami kelambatan perkembangan dan perlu dikonsultasikan kepada ahlinya.
Dengan demikian pertumbuhan dan perkembangan tidak dapat dipindahkan dan
harus berjalan beriringan. Misalkan
perkembangan kepala terjadi sangat cepat khususnya pada tahun pertama umur bayi,
karena otak berkembang sangat pesat. Perkembangan
kepandaian bayi terutama tergantung pada berfungsinya otak dan sistem syaraf
serta rangsangan yang diterima anak. Waktu dilahirkan bayi hanya dapat
melakukan sesuatu terbatas untuk
dirinya, tetapi kemudian secara teratur semakin berkembang sampai mampu
mengontrol tubuhnya dan melakukan
pekerjaan khusus. Tingkatan (fase-fase) perkembangan kemampuan anak
menurut umur perlu diketahui untuk dapat dipakai sebagai indikator perkembangan
kepandaian anak.
Pengembangan SDM dapat
dilakukan pada usia dewasa dan remaja namun pengembangan SDM pada usia dini
lebih diprioritaskan. Karena pada usia balita merupakan tahapan kritis.
Pengembangan usia balita merupakan landasan bagi pengembangan pada usia
selanjutnya . Apabila tahapan usia
balita dapat dilalui anak maka semakin mudah anak melalui tahapan berikutnya.
B. Pengertian status gizi
Menurut Gibson (1990) menyatakan status gizi adalah keadaan tubuh yang
merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara zat gizi yang masuk ke dalam
tubuh dan utilisasinya. Klasifikasi
status gizi terbagi menjadi tiga, yaitu status gizi buruk, baik dan lebih.
Status gizi dikatakan baik bila pola makan kita seimbang, artinya jumlah dan
jenis makanan yang kita konsumsi harus sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Konsumsi
makanan seseorang berpengaruh terhadap status gizi orang tersebut. Status gizi
baik terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat – zat gizi yang digunakan secara
efisien sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan
kerja dan kesehatan secara optimal. Namun bila status gizi kurang terjadi bila
tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat – zat gizi essensial. Status
gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat – zat gizi dalam jumlah yang
berlebihan sehingga menimbulkan efek toksis atau membahayakan.
Metode penilaian status gizi dapat dibagi
menjadi dua bagian, yaitu penilaian secara langsung dan tidak langsung.
Penilaian secara langsung diantaranya adalah antropometri, klinis, biokimia dan
biofisik. Sedangkan penilaian secara
tidak langsung diantaranya adalah survei konsumsi pangan, statistik vital, dan
faktor ekologi.
C. Metode Penilaian Status Gizi secara
Langsung
1.
Penilaian antropometri
1.1.Pengertian antropometri:
Antropometri adalah berbagai macam
pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur. Berbagai jenis ukuran tubuh antara lain
tinggi badan, berat badan, lingkar lengan atas, dan tebal lemak di bawah kulit.
Secara umum, antropometri digunakan untuk melihat ketidakseimbangan
asupan/konsumsi protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola
pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah
air dalam tubuh.
1.2.Keunggulan antropometri:
a.
Prosedurnya
sederhana, aman dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel yang besar
b.
Relatif
tidak membutuhkan tenaga ahli
c.
Alatnya
murah, mudah dibawa, tahan lama, dapat dipesan dan dibuat di daerah setempat
d.
Tepat
dan akurat, karena dapat dibakukan
e.
Dapat
mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi di masa lampau
f.
Umumnya
dapat mengidentifikasi status gizi sedang, kurang dan buruk karena sudah ada
ambang batas yang jelas
g.
Dapat
mengevaluasi perubahan status gizi pada periode tertentu atau dari satu
generasi ke generasi berikutnya
h.
Dapat
digunakan untuk penapisan kelompok yang rawan gizi
1.3.Kelemahan antropometri :
a.
Tidak
sensitif, artinya tidak dapat mendeteksi status gizi dalam waktu singkat serta
tidak dapat membedakan kekurangan zat gizi tertentu seperti zink dan Fe
b.
Faktor
di luar gizi (penyakit, genetik dan penurunan penggunaan energi) dapat
menurunkan spesifikasi dan sensitifitas pengukuran antropometri
c.
Kesalahan
yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempengaruhi presisi, akurasi dan
validitas pengukuran antropometri
2. Penilaian klinis
2.1.Pengertian penilaian
klinis
Penilaian klinis adalah metode
yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat dengan melihat
jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut, dan mukosa oral atau pada
organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar
tiroid.Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat. Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara
cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat
gizi. Disamping itu digunakan untuk
mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik,
yaitu tanda dan gejala atau riwayat penyakit.
2.2.Kelebihan penilaian
klinis:
a.
Relatif
murah
b.
Tidak
memerlukan tenaga khusus
c.
Sederhana,
cepat dan mudah diinterpretasikan
d.
Tidak
memerlukan peralatan yang rumit
2.3.Kelemahan penilaian
klinis:
a. Beberapa gelaja klinis tidak mudah dideteksi
sehingga perlu tenaga medis
b. Gejala klinis tidak bersifat spesifik,
terutama pada penderita Kekurangan Energi dan Protein (KEP) ringan dan sedang
c. Adanya gejala klinis yang bersifat
multiple
d. Gejala klinis dapat terjadi pada waktu
permulaan kekurangan zat gizi dan dapat juga terjadi pada saat akan sembuh
e. Adanya variasi dalam gejala klinis yang
timbul
3. Penilaian biokimiawi
3.1. Pengertian penilaian biokimiawi
Pemeriksaan laboratorium (biokimia) dilakukan melalui pemeriksaan
spesimen jaringan tubuh (darah, urine, tinja, hati, dan otot) yang diuji secara
laboratoris terutama untuk mengetahui kadar hemaglobin, feritin, glukosa, dan
kolesterol. Pemeriksaan biokimia bertujuan mengetahui kekurangan gizi spesifik.
3.2.Keunggulan penilaian biokimiawi
antara lain :
a.
Dapat mendeteksi defisiensi zat gizi lebih dini
b.
Hasil dari pemeriksaan biokimia lebih objektif, hal ini
karena menggunakan peralatan yang selalu ditera dan dilakukan oleh tenaga ahli
c.
Dapat menunjang hasil pemeriksaan metode lain dalam
penilaian status gizi
3.3.Kelemahan penilaian biokimiawi antara lain
:
a.
Hanya
bisa dilakukan setelah timbulnya gangguan metabolisme
b.
Membutuhkan
biaya yang mahal
c.
Diperlukan
tenaga ahli dalam pemeriksaan
d.
Kurang
praktis di lapangan
e.
Pada
pemeriksaan tertentu spesimen sulit di dapat
f.
Membutuhkan
peralatan dan bahan yang lebih banyak
g.
Belum
ada keseragaman dalam memilih reference (nilai normal)
h.
Dalam
beberapa hal memerlukan peralatan yang ada di laboratorium pusat
4. Penilaian biofisik
Pemeriksaan dilakukan dengan melihat kemampuan fungsi serta perubahan
struktur jaringan. Pemeriksaan biofisik bertujuan mengetahui situasi tertentu,
misalnya pada orang yang buta senja. Kelemahan dari pemeriksaan biofisik adalah
tidak spesifik untuk mengukur kekurangan vitamin A karena faktor lain yang ikut
mempengaruhinya, sulit dilakukan dan tidak objektif.
D. Metode penilaian status gizi secara tidak
langsung
1.
Survei konsumsi
Tujuan dilaksanakannya survei konsumsi makanan adalah untuk mengetahui kebiasaan makan, dan gambaran
tingkat kecukupan bahan makanan dan zat gizi pada tingkat kelompok, Rumah
tangga, dan perorangan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Secara lebih
khusus tujuan pelaksanaan survei konsumsi makanan ini antara lain adalah untuk
a) Menentukan tingkat kecukupan konsumsi pangan nasional dan kelompok
masyarakat, b) Menentukan status kesehatan dan gizi keluarga dan individu, c)
Menentukan pedoman kecukupan makanan dan program pengadaan makanan, d) Sebagai
dasar perencanaan dan program pengembangan gizi, e) Sebagai sarana pendidikan
gizi masyarakat, f) Menentukan perundang-undangan bidang pangan dan gizi.
Metode pengukuran konsumsi pangan berdasarkan jenis data yang diperoleh
antara lain adalah :
a.
Metode kualitatif, meliputi Metode frekuensi makanan
(food frequensi); Metode dietary history; Metode telepon; Metode
pendaftaran makanan.
b.
Metode kuantitatif meliputi Metode recall 24 jam; Perkiraan makanan
(estimated food records); Penimbangan makanan (food weighing) ; Metode food
account; Metode inventaris (inventory method) ; Pencatatan (household food record)
c.
Metode kualitatif dan kuantitatif antara lain Metode
recall 24 jam dan Metode riwayat makanan (dietary history)
Metode Pengukuran konsumsi tingkat rumah tangga, maka metode yang
digunakan antara lain adalah metode Pencatatan (food accoun); Metode pendaftaran
(food list); Metode inventaris (inventory method); Pencatatan makanan rumah
tangga (household food record). Sedangkan metode yang baik untuk pengukuran
konsumsi tingkat individu antara lain: Metode recall 24 jam; Metode estimated
food records; Metode penimbangan makanan; Metode dietary history; Metode
frequensi makanan (food frequency)
Beberapa hal yang harus diperhatikan ketika melakukan pemilihan metode
pengukuran konsumsi makanan antara lain:
a.
Tujuan penelitian
b.
Jumlah responden yang diteliti
c.
Umur dan jenis kelamin responden
d.
Keadaan sosial ekonomi responden
e.
Ketersediaan dana dan tenaga
f.
Kemampuan tenaga pengumpul data
g.
Pendidikan responden
h.
Bahasa yang digunakan responden
i.
Pertimbangan logistik pengumpulan data
2.
Statistik Vital
Pemeriksaan dilakukan dengan
menganalisis data kesehatan seperti angka kematian, kesakitan, dan kematian
akibat hal–hal yang berhubungan dengan gizi. Pemeriksaan ini bertujuan
menemukan indikator tidak langsung status gizi masyarakat.
3.
Faktor ekologi
Pengukuran status gizi didasarkan atas ketersediaan
makanan yang dipengaruhi oleh factor ekologi (iklim, tanah, irigasi, dll).
Faktor ekologi tersebut perlu diketahui untuk mengetahui penyebab malnutrisi
masyarakat.
E. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangan
dalam memilih metode penilaian status gizi
Hal mendasar yang perlu diingat
bahwa setiap metode penilaian status gizi mempunyai kelebihan dan kelemahan
masing-masing. Dengan menyadari
kelebihan dan kelemahan setiap metode maka dalam menentukan diagnosis suatu
penyakit perlu digunakan beberapa jenis metode.
Penggunaan satu metode akan memberikan gambaran yang kurang komprehensif
tentang suatu keadaan. Beberapa faktor
yang perlu dipertimbangkan dalam memilih dan menggunakan metode adalah sebagai
berikut :
a.
Tujuan
b.
Unit sampel yang akan diukur
c.
Jenis informasi yang dibutuhkan
d.
Tingkat reliabilitas dan akurasi yang dibutuhkan
e.
Tersedianya fasilitas dan peralatan
f.
Tenaga
g.
Waktu
h.
Dana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar